Aku mengingat kisah yang kubaca waktu SD. Namanya aku lupa, tapi kisah itu bercerita tentang seorang anak seusiaku yang merasa sedih dengan keadaannya.
Awalnya sebuah bercak putih muncul di tangannya, ia tidak merasakan apapun. Saat terkena air panas pun tangannya tak merasa sakit.
Untungnya saat di sekolah, seorang guru memperhatikan dirinya. Lalu menyarankan pergi ke puskesmas. Ternyata dia terkena kusta.
Setelah dirunut bercak tersebut muncul setelah kepulangannnya dari rumah nenek. Neneknya waktu itu telah sakit lama, tangannya lumpuh dan juga ada bercak putih di tubuh.
Entah bagaimana pengobatannya, si anak dinyatakan sembuh. Memang jari kelingkingnya sempat diamputasi, sehingga ada cacat tubuh.
Sudah jatuh, tertimpa tangga, setelah pengobatannya selesai. Sang ayah sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah mengalami kecelakaan dan meninggal. Akhirnya ibunya berjualan kue untuk hidup sehari hari. Ia turut membantu menjajakan kue ibunya.
Sayangnya sejak ia menderita kusta, walaupun sudah dinyatakan sembuh, tetap saja teman temannya menghindari dan mengucilkannya. Semua orang takut tertular.
Begitupun dagangan kuenya tak ada satupun yang mau membeli dengan alasan jijik dan takut tertular. Alhasil dia harus berjualan jauh ke kampung orang ataupun ke pasar.
Sampai suatu hari ia ikut lomba menulis dan tulisan tentang isi hatinya menang di sebuah Koran dan dibaca banyak orang. Baru stigma sedikit memudar. Bahwa kusta adalah penyakit menular namun tidak mudah menular.
Sayangnya aku lupa apakah di dalam buku cerita tersebut dituliskan detail pencegahan maupun cara pengobatan kusta. Yang kuingat hanya anjuran untuk ke puskesmas.
Makanya kemarin saat menonton live YouTube siaran KBR mengenai “Dinamika Perawatan Diri dan Pencegahan disabilitas penderita Kusta di Lapangan”. Dengan narasumber yaitu dr. M. Riby Machmoed MPH (Technical Advisor Program Leprosy Control, NLR Indonesia) & Sierli Natar S.Kep (Wasor TB/Kusta Dinkes Kota Makassar). Barulah rasa penasaran serta ketidaktahuanku mengenai kusta dapat terpenuhi.
Stigma Negatif Kusta di Indonesia
Seperti yang disampaikan oleh dr. Riby, kusta memang menular. Tidak cepat menyebabkan kematian, tapi cepat menyebabkan kecacatan fisik. Karena itu harus segera diobati. Karena tidak mengancam kematian makanya banyak pasien yang ogah ogahan untuk kontrol dan berobat sampai sembuh.
Aku pikir di pulau Jawa sudah tidak ada lagi yang menderita kusta. Namun tercengang saat mendengar info yang disampaikan di KBR “Secara jumlah kasus paling tinggi di Jawa Timur, disusul Jawa Barat lalu Papua, Jawa Tengah dan Papua Barat secara berturut-turut. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, paling tinggi Papua Barat. Jadi wilayah Timur masih mendominasi”. Ujar dokter Riby. Kabar baiknya sejak 2020 angka ini sudah mengalami penurunan.
Kembali ke stigma negatif pada pasien kusta, selain dikucilkan banyak pula yang menganggap penyakit ini adalah penyakit “kiriman” atau santet karena orang lain iri. Cerita Ibu Sierli Natar berdasarkan pengalamannya di lapangan.
Sehingga banyak pasien yang malu untuk berobat. Notabene dapat menularkan ke anggota keluarga lain yang contact dengan pasien dalam waktu lama. Selain itu pasien yang tidak segera diobati dapat mengalami Disabilitas. Nah ini yang berbahaya.
Hal ini lah yang menjadi tantangan Bu Sierli di lapangan. Selain pasien tidak mau menerima diagnosa, mereka juga berpikir ah penyakit kusta kan tidak berbahaya tidak menyebabkan kematian. Padahal dalam durasi lama, penyakit ini menyebabkan kecacatan pada anggota tubuh terutama tangan dan kaki. Sayangnya tidak semua nakes itu pun paham. Banyak juga nakes yang belum mengerti, cerita Bu Sierli terkait pengalamannya sebagai Wasir TB/Kusta kota Makassar.
Apa Sih Kusta Itu dan bagaimana penularannya?
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung. Kusta memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama antara 40 hari sampai 40 tahun. Rata-rata membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.
Gejala utama kusta, yaitu bercak perubahan warna menjadi lebih putih dan lesi di kulit berbentuk benjolan yang tidak hilang setelah beberapa minggu atau lebih. Lesi kuit juga disertai gejala kebas pada bagian tersebut dan kelemahan otot.
Penyakit kusta juga bisa menyebabkan gejala lain pada kulit. Kondisi ini bergantung dari pertumbuhan bakteri itu sendiri, dan jenis-jenis kusta akan mempengaruhi bagaimana kita mengobatinya.
Bagaimana mengobati Penyakit Kusta
Seperti yang disampaikan oleh dokter Riby. Fungsi pengobatan kusta itu sendiri selain menyembuhkan pasien, mencegah disabilitas pasien juga untuk memutuskan mata rantai penyebaran penyakit ini. Diharapkan di 2030 sudah tidak ada lagi yang terkena kusta.
Pengidap kusta diberikan kombinasi antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun. Jenis antibiotik, dosis, dan durasi pengunaannya ditentukan berdasarkan jenis kusta. Penanganan kusta sebenarnya tidak cuma melalui obat-obatan saja. Penanganan penyakit ini juga bisa melalui tindakan pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan bagi pengidap kusta, yaitu: Menormalkan fungsi saraf yang rusak. Memperbaiki bentuk tubuh pengidap yang cacat. Mengembalikan fungsi anggota tubuh.
Sayangnya masih banyak pasien yang nakal. Minum obat hanya bertahan 2 Minggu, sehingga rawan terjadi reinfeksi.
Untuk merawat kulit yang terjadi penebalan sebenarnya bisa dilakukan secara mandiri menggunakan batu apung dan minyak kelapa, kuncinya harus telaten dan dilakukan secara konsisten. Hal ini dapat mengurangi dan tidak menambah resiko disabilitas karena kusta.
Dokter Riby juga menambahkan bahwa perawatan kusta ini sendiri Kuncinya adalah 3M; memeriksa, merawat dan melindungi.
Ketiga hal ini harus dilakukan setiap hari. Jika ada luka, ditutup dengan kain perca, usahakan pasien bisa melakukan mandiri karena harus dilakukan setiap hari dan gunakan bahan yang ada di rumah. Ujar beliau lagi.
Nah teman teman sudah tahu kan ya fakta mengenai kusta dan resiko disabilitas pada pasien kusta bila diabaikan. Jika melihat ada saudara maupun kerabat ( semoga ga ada ya) yang memiliki ciri awal penyakit ini. Yuk jangan dijauhi. Support mereka untuk segera mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat.
Pengobatan kusta ditanggung loh oleh BPJS sampai sembuh. Yuk jangan sampai disabilitas, kusta dapat disembuhkan.
Recent Comments