Tepat sekali kalau ibu disebut madrasah keluarga. Karena dari ibu lah seorang anak belajar segala sesuatu. Salah satunya adalah pola makan.
Kuperhatikan keponakanku yang ibunya jago dan lahap makan sayur. Semuanya suka sayur. Sejak mereka belajar makan hingga kini sudah sekolah dasar. Makan sayur bukan sesuatu yang sulit.
Apapun bentuk sayurnya. Dimasak apa saja, bahkan mentah mereka suka. Takjub sih
Aku memperhatikan anakku. Terus terang aku juga suka sayuran. Tapi tidak semua jenis sayuran. Kulihat anakku sekarang begitu pula. Ia hanya suka sayuran yang ibunya makan sejak masa kehamilan dan yang aku kenalkan selama MPASI.
Rupanya superfood satu ini tidak cuma berguna sebagai sumber serat. Ternyata selain itu dapat membantu menurunkan angka kejadian resiko alergi pada anak.
Masya Allah keren banget ya. Begitulah informasi yang kudapat setelah menyimak bicara Gizi 2022 yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia melalui Zoominar beberapa hari lalu.
Dengan Narasumber yang memang kompeten di bidangnya. Menghadirkan dr. Endah CitraResmi Sp. A (K) sebagai dokter spesialis anak sub spesialis alergi dan imunologi. Psikolog, mbak Anastasia Satriyo M.Psi serta Mom Okta salah satu mom dengan anak yang memiliki alergi.
Yes alergi tidak dapat dianggap sepele. Apalagi kalau alerginya berasal dari makanan. Kebetulan anakku dulu sempat alergi dingin. Dari bayi tidak bisa berada di ruangan bersuhu dingin. Kami bahkan tidak menghidupkan air conditioner walaupun cuaca panas.
Emak bapaknya rela tidur berkeringat daripada ananda besok nya pilek kalau kena dingin. Untungnya semakin besar usianya dia mulai bisa bersentuhan dengan cuaca dingin.
Walau tetap kalau kena suhu yang dingin banget besoknya pasti flu.
Nah kalau alerginya karena faktor selain makanan seperti faqih. Solusinya ya tinggal hindari pencetusnya.
Namun berbeda bila pencetusnya makanan. Karena makanan itu sendiri berkaitan dengan nutrisi.
Temanku ada yang memiliki anak yang alergi protein hewani. Pusing banget mengatur pola makan anaknya. Ada juga yang alergi telur. Susah menghindari makanan dari telur karena hampir semua makanan terkadang mengandung alergen ini.
Pentingnya Serat Terhadap Kesehatan Saluran Cerna dan Mengurangi Risiko Alergi pada Anak
Saluran cerna merupakan salah satu komponen penting dalam tumbuh kembang anak. Bahkan kemampuan oromotor ( makan) merupakan kemampuan yang paling tricky dalam proses pembelajaran seorang anak.
Bila anak mengalami alergi, maka tambah sulit lagi proses pembelajaran makannya
Memiliki saluran cerna sehat membuat sistem kekebalan tubuh anak lebih baik dan dapat terhindar dari gangguan kesehatan, termasuk memengaruhi kejadian alergi pada anak. Untuk mengoptimalisasi kesehatan saluran pencernaan khususnya anak di atas 1 tahun yang merupakan bagian golden period, dibutuhkan konsumsi serat cukup.
Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K) mengatakan, selain membantu mengoptimalisasi kesehatan saluran cerna, asupan serat yang cukup dapat memengaruhi gangguan kesehatan, salah satunya alergi pada anak.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan, tahun 2018 sebanyak 95,5% penduduk Indonesia di atas 5 tahun masih kurang konsumsi serat. Penelitian lain menunjukkan bahwa 9 dari 10 anak kekurangan asupan serat. Rata-rata anak Indonesia usia 1-3 tahun hanya memenuhi ¼ (seperempat) atau rata-rata 4,7 gram per hari dari total kebutuhan hariannya. Jumlah ini masih jauh di bawah angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan, yaitu 19 gram serat setiap harinya.
Psikolog anak, Anastasia Satriyo M.Psi., Psi mengatakan, “Kondisi alergi yang dialami anak bukan hanya mempengaruhi kesehatan fisik, namun juga dapat memengaruhi kondisi psikologi si kecil dan orangtuanya. Dampak psikologis dari alergi makanan seringkali membuat orang tua memikirkan dan mengkhawatirkannya serta menjadi cemas, terkadang lebih serius daripada alergi makanan itu sendiri. Hal ini tergambar dalam sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa 41% orang tua yang memiliki anak dengan kondisi alergi melaporkan dampak yang signifikan pada tingkat stres mereka. Oleh karena itu, alergi bukan hanya dapat memengaruhi pada psikologis si kecil, namun orang tua akan turut merasakan efeknya secara langsung.”
Anastasia Satriyo juga mengingatkan, “Dalam aspek perkembangan anak, gangguan alergi akan bisa berdampak pada fisik, sosial, dan kognitifnya. Kondisi psikologis yang berpeluang terjadi oleh anak-anak dengan kondisi alergi seperti gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif dan lemas , sehingga anak akan menjadi cenderung kurang percaya diri saat bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Bagaimana tips agar anak mau Mengkonsumsi Sayur dan Buah sebagai sumber serat?
Asupan serat penting penting untuk dikonsumsi si buah hati. Ini karena serat bermanfaat untuk membantu proses metabolisme tubuh, diantaranya dengan cara menormalkan gerakan usus, membantu menjaga kesehatan usus, menjaga kualitas tinja dan mempermudah proses buang air besar, dan mencegah sembelit pada anak.
Anastasia Satriyo M.PSI kerap menemukan anak anak dengan gangguan makan. Salah satunya tidak menyukai sayuran
Tips dari mbak Anastasia selaku psikolog. Agar anak mau makan sayur dan buah adalah sebagai berikut :
1. Orang tua memberikan contoh, saat makan bersama keluarga. Hidangkan juga sayur dan buah yang diolah menarik untuk dikonsumsi bersama sama.
2. Rajin ajak anak melakukan sensory play. Bisa juga dengan mengajak anak menyentuh dan memegang langsung bahan makanan termasuk buah dan sayur. Agar merangsang Indra penglihatan, Indra peraba dan Indra pengecap anak.
3. Sensory play ini juga termasuk tekstur bahan lainnya. Seperti rumput, lumpur, pasir. Anak yang diperbolehkan mengeksplor lingkungannya memiliki kesempatan bermain sensory play lebih banyak.
4. Kenalkan varian sayur dan buah sejak dini. Dengan catatan diatas usia 2 tahun. Untuk bayi dibawah dua tahun kebutuhan seratnya belum banyak.
Hal ini senada dengan psikolog di tempat anakku pernah konsultasi saat faqih mengalami GTM. Dan memang sejak rajin bermain di rumput. Faqih jadi lebih lahap makannya.
Recent Comments