Gaes assalamualaikum, ketemu lagi nih. Kali ini aku juga masih mau membahas diabetes karena masih hangat banget itu isunya. Kalian tahu lah ya baru sebulan lalu aku di diagnosis kelainan metabolisme yang bernama hiperglikemi alias si diabetes ini.
Nah berhubung masih baru barunya. Aku jadi semangat mengumpulkan informasi terkait penyakit yang katanya jadi induk segala penyakit ini.
Kamu bisa baca infonya disini
Medical check up yuk, mencegah lebih baik daripada mengobati
Apalagi beberapa hari yang lalu aku sempat kayak linglung, lupa tiba tiba. Misal abis ambil jemuran niatnya mau dilipat. Nah Aku sempat lupa sepersekian detik gitu gaes. “abis ini mau ngapain ya”
Rasanya tuh aneh. Kayak bukan aku banget. Kebetulan aku baca informasi tentang hubungan antara diabetes dengan demensia, dan alzheimer. Banyak penelitian yang menginfokan bahwa pasien diabetes Memiliki resiko lebih tinggi mengidap demensia dan alzheimer. Waduh tambah takut kan aku jadinya.
Makanya pas ada webinar mengenai #obatipikun yang juga membahas demensia dan alzheimer’s aku langsung ikutan. Ternyata nih nggak cuma pasien diabetes aja loh yang beresiko. Semua orang juga beresiko yang sama. Oleh sebab itu yuk simak penjelasan mengenai seperti apa pikun itu, mengapa bisa terjadi, dampak terburuknya bagaimana? pencegahannya seperti apa?
Webinar dalam rangka Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia Minggu 20 September 2020 terselenggara dari hasil kerjasama antara PT. Eisai Indonesia yang merupakan Anak perusahaan farmasi Eisai Co., Ltd di Tokyo Jepang. Dengan Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia).
Dalam kata sambutannya, Bapak dr. Iskandar Linardi selaku perwakilan PT. Eisai Indonesia. Menjelaskan bagaimana kontribusi perusahaan yang berbasis HHC (human health care) berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan di seluruh dunia.
Selain nantinya ada seminar kesehatan mengenai penyakit pikun dan alzheimer’s. Di acara ini juga diluncurkan aplikasi EMS (e-memory screening) yang dibuat oleh Pardossi disponsori oleh PT. Eisai Indonesia.
Nah sebelum mereview aplikasinya. Kita belajar dulu yuk mengenai apa sih pikun itu. Normal nggak sih?
Pernah nggak teman teman lihat para tetua, nenek dan kakek Kita dulu. Sering lupa dan nggak ingat bahkan hal hal sederhana seperti nama cucunya sendiri.
Nenek suamiku salah satu pasien demensia yang pernah aku kenal. Beliau sering lupa sudah makan atau belum. Tidak tahu apakah hari sudah malam atau siang. Lupa dengan nama cucu cucunya. Beruntungnya beliau dirawat dengan kasih sayang oleh anak dan cucu.
Selama ini aku pikir pikun adalah hal yang normal dalam proses penuaan. Tapi ternyata itu salah. Karena pikun dengan pulupa itu rupanya berbeda. Dan aku menyaksikan sendiri nenekku yang sekarang berusia 95 tahun, alhamdulillah Sehat wal afiat dan belum pikun.
So sebenarnya pikun itu apa sih?
Dari materi yang disampaikan oleh dr. S.B Rianawati, SpS (K). Pikun adalah ketika seseorang butuh waktu lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Bisa juga berarti menurunnya kemampuan untuk berpikir pada otak seseorang. Nah dalam dunia medis disebut demensia yakni pengurangan fungsi otak, seperti menurunnya daya ingat dan kecepatan berpikir serta berperilaku.
Tentu saja pikun berbeda dengan pelupa. Kalau pelupa gangguan pemusatan perhatian sementara, sedangkan pikun karena fungsi kognitif menurun disertai gangguan aktivitas harian.
Faktanya pikun dapat beresiko menjadi penyakit atau demensia, bahkan lebih dari 50 juta orang mengalami hal ini. Jenisnya adalah alzheimer’s yang merupakan kasus terbanyak, hampir 60-70 persen. Dan pikun ini bukan karena faktor umur dan bukan hal normal dalam proses penuaan.
Gaes sekarang coba kalian cermati dalam keseharian. Apakah gejala gejala berikut ini Kita alami sehari hari?
1. Mengalami gangguan daya ingat atau sering lupa.
Misal habis meletakkan kacamata, sepersekian detailnya sudah lupa. Tapi kalau lupa dengan hutang kayaknya itu pura pura lupa deh.
2. Sulit melakukan pekerjaan yang familiar. Seperti cara mengemudi, mengatur keuangan dll
Wow apakah ini termasuk boros ya gaes? Jadi lupa dgn keuangan pribadi tapi asyik belanja sana sini
3. Sulit fokus
Nggak bisa duduk diam dan menekuni sebuah pekerjaan dalam waktu lama. Ada saja ditraksi yang membuyarkan konsentrasi.
4. Galau sulit membuat keputusan
Contohnya hal yang sederhana, mau makan apa hari ini, pakai baju apa, jalan kaki atau Naik ojol dll
5. Disorientasi, lupa waktu ( Hari, tanggal) lupa jalan pulang.
Iya ingetnya ini hari senin. Nggak tahunya sudah jumat Gaes
6. Sulit membedakan warna, sulit mengukur jarak.
Wah ngeri banget kalau misalkan lagi mengemudi di jalan raya. Bisa bisa jatuh atau menabrak kendaraan lain
7. Gangguan berkomunikasi, sulit berbicara
Termasuk latah. Jadi kalau ada yang latah. Jangan diisengin gaes, kasihan.
8. Menaruh barang tidak pada tempatnya
Ini setuju banget , apalagi bapak bapak yang biasa pakai handuk setelah itu lempar dimana saja.
9. Menarik diri dari pergaulan.
Anti sosial gitu gaes. Wah bahaya banget berarti ya ini.
10. perubahan perilaku dan kepribadian
Ini sudah gawat kayaknya. Yang biasanya ceriwia tiba tiba jadi pendiem padahal lagi nggak sakit gigi.
Bagaimana? Berapa skor yang teman teman miliki? Dari 10 gejala pikun di atas?
Oke kalau sudah di check sekarang Kita lanjut ke faktor resiko terkena alzheimer’s
1. Orang dengan usia lanjut
2. Pengidap Diabetes Militus ( waduh)
3. Hipertensi
4. stroke dan penyakit jantung coroner
5. Kadar lemak tidak normal
6. Obesity
7. Disfungsi tyroid
8. Depresi
9. Kekurangan vit B
10. Keturunan
11. Merokok
12. Kurang olahraga
13. Pengaruh obat obatan
Ya ampun aku punya banyak sekali faktor resiko. Terutama dari no dua. Pasien diabetes militus.
Bagaimana hubungan antara diabetes dengan alzheimer’s. Dari beberapa sumber yang kubaca. Kabarnya alzheimer’s sendiri kerap disebut sebagai diabetes otak.
Suatu studi dari jurnal Neurology menunjukkan risiko Alzheimer dan demensia bisa berkali lipat lebih tinggi pada penderita diabetes dibandingkan dengan individu yang sehat.
Hal ini terjadi karena otak tidak mendapat suplai insulin yang cukup. Selain itu kerusakan syaraf yang sering terjadi karena kadar gula yang tinggi bisa juga menjadi faktor pencetusnya. Bahkan kondisi hipoglikemi atau kondisi saat gula darah turun drastis juga mempertinggi faktor resiko alzheimer’s pada pasien Diabetes.
Yuk Kita cegah jangan sama mengalami pikun. Begini pencegahannya pada org umum.
1. Menjaga kesehatan jantung.
Ya teman teman tahu lah bagaimana caranya. Salah satunya dengan menjaga tekanan darah normal, istirahat cukup jangan begadang dan rajin olahraga.
2. Bergerak berolahraga produktif
Ini penting banget, karena kaitannya juga dapat mencegah berbagai penyakit sekaligus mengeluarkan jantung dan melancarkan peredarah darah. Nenekku yang berumur 95 tahun dan ga pikun ini salah satu penyebabnya beliau anti mager club sejak muda.
3. Mengkonsumi sayur dan buah serta pola makan gizi seimbang
Yes g usah dijelasin juga pasti pada tahu kan manfaatnya? Yup mencegah penyakit degeneratif yang dapat meningkatkan faktor resiko terkena pikun.
4. Menstimulasi otak, fisik, mental dan spiritual
Faktor lain yang membuat nenekku usia 95 tahun belum pikun adalah beliau rajin membaca alquran. Setiap hari gaes. Nah bisa juga dengan bermain sudoku, mengerjakan teka teki, atau membantu anak anak mengerjakan soal matematika.
5. Bersosialisasi dan beraktivitas positif.
Anjuran untuk berkomunitas itu sangat baik, karena dapat membantu mencegah pikun sebab Kita jadi selalu aktif.
Mungkin untuk pasien diabetes bisa ditambah dengan selalu mengontrol gula darah supaya selalu stabil. Tidak terlalu tinggi atau hiperglikemi dan tidak sampai hipoglikemi/terlalu rendah.
Buat teman teman yang penasaran pengen check kondisi otak Apakah ada resiko demensia & alzheimer’s. Kita bisa mendownload aplikasi EMS di playstore. Selain berisi informasi mengenai pikun, ada juga test untuk mengetahui kondisi diri Kita apakah sudah pikun atau belum.
Semoga hasilnya baik ya teman teman. Jangan lupa yuk Kita obati pikun. Tua itu pasti, pikun itu jangan.
Baiklah sampai disini dulu tulisanku mengenai resiko alzheimer’s pada pasien diabetes militus. Kalau ada yang kurang mohon diluruskan. Semoga bermanfaat ya. Sampai bertemu di tulisan berikutnya.
Recent Comments