Hai hai hai apa kabar semuanya 😁. Lagi libur di rumah Aja nih. Libur panjang tapi nggak kemana mana? Ya nggak papa. Lebih baik di rumah saja, biar aman dari penyebaran virus corona.
Biasanya kalau di rumah saja, pasti pada rajin bikin cemilan kan? Pakai kental manis nggak? Yes kental manis bukan susu memang paling enak buat topping. Bisa topping pancake, martabak, waffle, es krim and many more.
Ngomong ngomong soal kental manis. Beberapa waktu yang lalu aku nonton webinar zoom bersama YAICI dan salah satu nara sumbernya membahas soal kental manis loh.
Tentu saja bukan sekedar resep masakan. Tapi ini hasil penelitian yang nantinya bakal bikin kamu terkaget kaget, kayak diriku waktu menyimak materinya.
Tema utama webinarnya adalah, “membangun kesadaran gizi keluarga mulai dari usia dini”
Ada 3 narasumber yang memberikan materi bergizi hari itu. Nah kita ke pemateri pertama dulu ya. Yakni ada mas Arif Hidayat SE. MM selaku ketua harian YAICK dengan judul materi Ibu Minim Informasi Beresiko Anak Tumbuh Kurang Gizi.
Iklan Susu Kental Manis Membentuk Persepsi Masyarakat.
Mas Arif membuka materi dengan iklan susu kental manis 1 abad yang lalu. Dan memang masih terngiang di ingatanku dulu waktu kecil pernah melihat iklan kalau minum susu kental manis nanti jadi kuat seperti superhero.
Parahnya dari hasil penelitian YAICI sejak 2018 di beberapa provinsi dan kota besar di Indonesia. Banyak persepsi tentang kental manis yang salah namun beredar di masyarakat.
97 persen ibu yang di survey di Kendari memiliki pemikiran bahwa kental manis adalah susu yang bisa dikonsumsi layaknya minuman susu untuk anak. Ini pun terjadi pada sebanyak 78 persen ibu di Batam yang berpikiran sama.
Yang bikin sedih, informasi kental manis adalah susu didapat dari 73 persen melalui media tv, radio, media massa lainnya. 13 persen dari petugas puskesmas, 5 persen dari tenaga kesehatan lainnya.
Hasil temuan YAICI juga menemukan di 5 provinsi 1 dari 7 anak minum susu kental manis setiap hari. Dan orang tua mereka sebanyak 28,96 persen mengatakan bahwa kental manis adalah susu pertumbuhan, dan 16,97 persen diantaranya memberikan kental manis sebagai minuman anak setiap harinya.
Padahal kadar gula yang tinggi pada kental manis dan minimnya protein pada minuman tersebut dapat menyebabkan triple Burden. Yakni 3 masalah gizi. 1. Anak dengan gizi buruk 2. Anak dengan gizi kurang dan 3. Anak dengan obesitas.
Dan temuan menyedihkan lainnya adalah kental manis ini dikonsumsi sebagai minuman susu paling banyak oleh anak usia 3-4 th, disusul anak usia 2.3 tahun, lalu usia 4-5 tahun. Dan yg paling menyedihkan lagi ada anak usia 1-2 tahun yang juga mengkonsumsi kental manis.
Padahal kental manis tidak cocok untuk anak anak. Karena kental manis itu faktanya adalah Sirop Beraroma susu lanjut mas Arif lagi.
Menurut para ahli,
1. Kental manis mengandung gula sebesar 40-50 persen
2. Kadar gula yang tinggi pada SKM dapat meningkatkan risiko diabetes dan obesitas pada anak anak.
3. Asupan gula yang tinggi akan merusak gigi anak
4. Kandungan gizi kental manis lebih rendah dibanding jenis susu lainnya
5. Kalsium dan protein kental manis lebih rendah dari susu bubuk atau susu segar.
Karena itu memang sangat tidak cocok bila diberikan sebagai minuman untuk anak anak balita.
Kalau dilihat selama ini memang banyak sekali informasi yang belum diketahui oleh para ibu ibu. Banyak ibu ibu yg minim pendidikan merasa cukup mendapat informasi dari iklan yang lewat saat mereka menonton televisi.
Padahal salah memberikan nutrisi apalagi di 1000 hari pertama kehidupan, dapat mengganggu tumbuh kembang anak anak.
Maka dari itu perlu banget uluran tangan para tetangga, anak muda, ibu ibu millenial yang lebih melek informasi untuk membantu menyebarkan wawasan bahwa kental manis bukan susu. Nggak perlu minum kental manis kalau anak anak sudah diberikan gizi seimbang.
Pas sekali, materi berikutnya dari Prof, Dr. Ir. Netti Herawati, MSI seakan melengkapi sekaligus memberi jawaban. Bagaimana sih menuntaskan minimnya informasi pada ibu ibu yang masih menggunakan kental manis sebagai susu pertumbuhan?
Materi dari Ibu Netti menitik beratkan pada peran paud meningkatkan literasi gizi dan kesadaran gizi para guru AUDI dan pentingnya gizi untuk anak usia dini.
Ibu Netti melihat banyak sekali permasalahan gizi yang terjadi sejak anak anak belajar di usia dini ( paud). Seperti tidak sempat sarapan, underweight, stunting, ada juga yang overweight dan mutu makanan anak anak sekarang.
Seperti yang kita ketahui, tumbuh kembang anak paling optimal adalah di 1000 hari pertama kehidupan hingga usia 5 tahun. Karena perkembangan otak sebanyak 25 persen selama kehamilan, 70 persen selama usia 2 tahun kemudian 90 persen saat menginjak 5 tahun. Mari renungkan apa yang terjadi bila anak usia dini kekurangan gizi?
Mengkonsumsi gula, minyak, dan garam yang berlebihan di usia balita tentu memiliki efek buruk bagi kesehatan mereka. Di zaman Corona ini malah dapat mempengaruhi sistem imun tubuh anak. Anak yang kurang gizi pertahanan tubuhnya menjadi lemah dan mudah terinfeksi Corona. Kegemukan juga begitu, rentan infeksi.
Begitu pula dengan anak anak yang mengkonsumsi kental manis berlebihan apalagi sebagai minuman susu, akan mempengaruhi tumbuh kembang juga sistem imun anak.
Nah disinilah peran penting Rumah + Paud + lingkungan bagi perkembangan anak. Peran guru paud juga sangat besar disini. Pada usia anak balita, orang yang akan lebih didengar selain orang tua adalah guru paud. Karena itu diharapkan peran para Guru Paud dapat memberikan informasi yang benar mengenai panduan gizi seimbang.
Beberapa sekolah paud malah sudah menerapkan isi piringku dan tumpeng gizi seimbang dalam proses makan sambil belajar di sekolah masing masing. Semoga kebiasaan baik ini dapat dicontoh dan diterapkan juga oleh para orang tua di rumah.
Dokter Moretta Damayanti sebagai pemateri terakhir di acara webinar ini menambahkan materi yang tidak kalah menarik. ” Bagaimana pola makan dan gizi untuk anak usia paud”
Bahasan yang dipaparkan oleh Dokter Morreta mencakup banyak hal, diantaranya adalah periode pemberian makan anak. Pemilihan jenis susu yang tepat, syarat dan komposisi makan anak, media sosial dan budaya makan anak.
Banyak informasi menarik dan padat ilmu yang disampaikan oleh dokter Morreta dan sayang kiranya kalau dilewatkan begitu saja. Nah ini aku lampirkan tayangan ulang webinar Sahabat Yaici yang masih bisa ditonton bersama di rumah. Kalau perlu diulang ulang. Karena banyak slide berisi ilmu yang bermanfaat
Intinya adalah sebagai ibu, kita harus rajin menambah wawasan dan check informasi yang kita terima. Apalagi terkait tumbuh kembang anak. Supaya anak anak kita dapat tumbuh sehat dan cerdas.
Apalagi anak anak generasi alpha saat ini akan menjadi tenaga produktif di generasi emas 2045. So buat para ibu jangan malas ya mencari informasi. Sekarang zaman digital. Internet sudah murah. Banyak yayasan, komunitas kesehatan yang membagi ilmu dan wawasan secara gratis. Jangan sampai Miss informasi, karena dapat membahayakan jiwa.
Terima kasih sudah membaca, sampai bertemu lagi nanti di postingan lainnya.
Recent Comments