Wujudkan Pendidikan Inklusif Untuk Anak Disabilitas dan Kusta

Semangat pagi gaes. Apa kabar semua? Semoga selalu sehat ya. Aku mau cerita nih dulu aku pernah baca novel tentang anak penyandang kusta yang dijauhi oleh teman temannya di sekolah.

Kebetulan anak tersebut bersekolah di sekolah umum. Stigma masyarakat masih melekat kalau Kusta itu mudah menular dan sisa sisa di kulit yang memutih akibat kusta memperkuat stigma negative itu. walaupun sebenarnya penderitanya sudah sembuh total dan tidak akan menulari orang lain.

Bagaimana di dunia nyata, adakah halang rintang adik adik usia sekolah yang mengalami disabilitas karena terkena kusta, apakah mereka dapat melanjutkan kembali pendidikannya setelah dinyatakan sembuh?

Narasumber Talkshow Pendidikan Bagi Anak disabilitas dan kusta

Yuk simak blogku kali ini yang kebetulan merupakan rangkuman dari siaran ruang publik KBR dengan tema Pendidikan Bagi Anak dengan Disabilitas Dan Kusta beberapa hari yang lalu.

Sekedar merefresh ingatan, Kusta memang menular. Namun tidak cepat menyebabkan kematian. Tapi cepat menyebabkan cacat fisik ( disabilitas) karena itulah penyakit ini harus segera diobati.

FYI dari data WHO 2020, Indonesia ternyata Masih menjadi penyumbang kasus baru penyakit kusta nomor 3 terbesar di dunia. Dengan jumlah kasus berkisar 8 persen dari kasus keseluruhan dunia.

Bahkan sedihnya masih banyak kantong kantong kusta di berbagai wilayah. Bahkan tidak menyangka kasus kusta pun Masih bisa ditemukan di pulau Jawa.

Dan yang lebih sedihya lagi sebanyak 9.062 kasus baru kusta ini ditemukan pada anak. Per tanggal 13 Januari 2021 lalu, kasus baru kusta pada anak mencapai 9,14 persen. Angka ini memang masih sangat tinggi, belum mencapai target pemerintah yaitu di bawah 5 persen.

Sungguh ini kondisi yang cukup memprihatinkan. Apalagi dengan keterbatasan yang dimiliki anak penderita disabilitas dan kusta, perlu adanya komitmen dan dukungan seluruh pihak, agar dapat memastikan anak anak tersebut mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang baik.

Dapat bersekolah dengan lancar, merasa aman dan nyaman dalam proses pendidikannya sehingga mereka masih bisa bercita cita tinggi di masa depan. Memiliki hak yang sama dan tidak lagi dibedakan dengan anak anak lain pada umumnya.

Untuk inilah beberapa hari yang lalu Ruang Publik KBR bekerjasama dengan NLR Indonesia mengadakan talkshow interaktif dengan tema ” Pendidikan Bagi Anak Disabilitas dan Kusta” menghadirkan tiga orang narasumber yakni Bapak Anselmus Gabies Kartono (Yayasan Kita Juga (Sankita)), BapakFransiskus Borgias Patut (Kepala sekolah SDN Rangga Watu Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur), dan Ananda, Ignas Carly (Siswa kelas 5, SDN Rangga Watu Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur).

Dipandu oleh Kakak Rizal Wijaya penyiar dari KBR, talkshow ini berjalan dengan baik dan interaktif. Karena para aundience bisa aktif berinteraksi baik melalui live chat di YouTube maupun melalui WhatsApp, dan telepon bebas pulsa.

Bapak Anselmul Gabriel Kartono Dari Yayasan Sankita

Dimulai dengan cerita Bapak Anselmus Gabies Kartono dari Yayasan Kita Juga atau Sankita saat melakukan pendampingan ke desa desa dengan anak disabilitas dan kusta.

Banyak hal yang ditemukan saat berkunjung ke desa-desa pendampingan yang kita datangi. Banyak anak berkebutuhan khusus yang putus sekolah, tidak mau sekolah, bahkan ada anak disabilitas dengan usia sekolah namun tidak didaftarkan oleh orang tua atau keluarganya untuk bersekolah”

Pak Ansel menyayangkan hal ini karena seharusnya anak disabilitas dan kusta mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan anak lainnya. Sayangnya tidak mudah, banyak tantangan yang harus dihadapi selain stigma negatif terhadap anak disabilitas dan kusta di masyarakat.

Belum lagi masalah jauhnya jarak sekolah khusus atau SLB dari lokasi tinggal anak disabilitas, plus kurangnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak disabilitas dan kusta, belum lagi tenaga pendidik yang masih sangat kurang untuk anak berkebutuhan khusus, serta masalah sarana prasarana lainnya.

Untuk itulah Yayasan Kita Juga atau Sankita terus mendorong mengampanyekan pendidikan inklusif yang melibatkan masyarakat, orang tua, komite, tenaga pengajar, dan lainnya di daerah Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur,” ujar Pak Anselmus kemudian.

Wujudkan Pendidikan Inklusif Untuk anak dengan Disabilitas Dan Kusta.

Seperti yang sempat disinggung oleh Bapak Anselmus, bahwa Sankita mengampanyekan Pendidikan Inklusif. Pasti banyak juga diantara pembaca yang belum tahu apa itu Pendidikan Inklusif.

Dari Wikipedia, pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur agar siswa dapat dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Tanpa harus dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama dengan aksesibilitas yang mendukung untuk semua siswa tanpa terkecuali termasuk anak anak difabel.

Contohnya seperti SDN Rangga Watu Manggarai Barat, Nusa Tenggara Barat.

Bapak Kepala Sekolah Dasar Negeri Rangga Watu NTB

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Fransiskus Borgias Patut, selaku Kepala SekolahSDN Rangga Watu Manggarai Barat menjadi sekolah inklusif adalah karena masih terbatasnya Sekolah Luar Biasa (SLB) di Manggarai Barat. Akses ke sekolah tersebut juga sangat jauh, yang pastinya akan menyulitkan anak-anak untuk menuju ke sana setiap hari” ujar Beliau.

Pendidikan Inklusif Solusi Mencegah Diskriminasi

Berdasarkan informasi dari Kemendikbud, Pendidikan Inklusif ini dapat menjadi salah satu upaya perbaikan mutu sekolah untuk mempromosikan pendidikan dasar yang berkualitas untuk semua anak. Tidak hanya berfokus pada peserta didik yang umum tapi juga peserta didik yang memiliki keterbatasan, baik dari segi latar belakang ekonomi, maupun perbedaan kemampuan, termasuk yang disabilitas atau berkebutuhan khusus.

SDN Rangga Watu Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur menjadi satu sekolah inklusif yang saat ini juga menampung siswa disabilitas dan kusta di Provinsi NTB.

Menurut Bapak Fransiskus Borgias Patut, selaku Kepala Sekolah SDN Rangga Watu, “ memang untuk daerah Manggarai Barat masih minim sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Padahal hampir setiap daerah di sini terdapat anak disabilitas usia sekolah”

Saat ini SDN Rangga Watu Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur telah menampung tujuh orang siswa yang berkebutuhan khusus,  salah satunya adalah Ignas Carly, siswa kelas 5, SDN Rangga Watu Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur yang menjadi narasumber di Talkshow ini.

Ignas Carly sama seperti anak normal pada umumnya, selama bersekolah di sekolah model inklusif. Ignas mengaku tidak mendapati kendala diskriminasi, ia memiliki banyak teman yang mau bermain dengannya. Bahkan Ignas dapat bermain sepakbola dan bola voli bersama yang lain sebagai hobinya di saat jam istirahat.

Ignas Carly salah satu peserta didik SDN Rangga Watu

Benarlah adanya pendidikan inklusif menjadi salah satu solusi untuk pendidikan anak dengan disabilitas dan Kusta. Agar kesempatan mereka mengapai cita cita di masa depan dapat terwujud dengan baik dan nyaman.

Akhir kata, sebagai masyarakat umum aku pun berharap kita selaku masyarakat sekitar ataupun nantinya menjadi wali murid dapat mendukung warga sekolah membangun lingkungan kondusif dan toleran terhadap perbedaan peserta didik. Sehingga proses pembelajaran peserta didik menjadi lebih optimal dan tidak ada lagi diskriminasi.

 

12 Comments

  1. Alhamdulillah skrg sudah berdiri sekolah inklusif di NTT, smoga sekolah inklusif ini bisa trus berdiri di daerah lain (luar NTT) sehingga siswa-siswi penyandang disabilitas dan kusta bisa belajar dengan nyaman.

  2. Ya Allahh rasanyaa sedih banget anak2 ikut jadi target diskriminasi orang2 yaa kak meskipun itu dia anak yang termasuk OYPMK, semoga pendidikan merata lah yaa termasuk untuk OYPMK ini..

  3. duh iya kalo udah disabilitas dan kusta itu mesti double dapat diskriminasi dari masyarakat. tapi syukurlah sekarng edukasi makin gencar agar orang2 pada tau hal2 kayak gini juga perlu atensi dan dukungan bersama

  4. semoga semakin banyak informasi dan sosialisasi mengenai penyakit kusta ini. karena tak dimungkiri banyak orang yang masih memiliki stigma negatif tentang kusta.

  5. Sedih ya, stigma negatif terhadap OYPMK di Indonesia masih terus berkembang dan dampaknya mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi bahkan pendidikan OYPMK. Termasuk dirasakan oleh anak2 OYPMK

  6. orang dengan disabilitas tentu punya hak yang sama yaitu memperoleh pendidikan, namun kesiapan para guru untuk menangani pelajar disabilitas tentu mesti disosialisasikan serta di beri pelatihan

  7. Pendidikan inklusif ini sangat diperlukan ya mbak
    Agar anak anak disabilitas dan penderita kusta tetap bisa mendapatkan hak pendidikannya

  8. Ujian berat ketika pendidikan inklusif untuk penderita kusta dan disabilitas ini sulit diperoleh. Dengan segala tantangannya, semoga penguatan dari sisi orangtua dan pihak sekolah bisa dilakukan, sehingga nikmatnya pendidikan bisa dirasakan merata oleh semua pihak.

  9. Semoga makin banyak Ignas, Ignas lainnya yang merasakan bahwa pendidikan inklusif itu memberikan dampak positif, sehingga setiap anak dapat mengenyam pendidikan yang layak

  10. Nah iya nih, para disabilitas dan kusta juga mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan sama seperti anak yang lain yang gak bisa dibeda-bedain.

Leave a Reply to Gita Sarrah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *