Inspirasi Petani Millenial Wujudkan Mimpi dari Atap Rumah

Kalau lihat kebun yang segar dan penuh buah, bunga dan pepohonan. Aku jadi teringat rumah masa kecilku. Aku tinggal di rumah nenekku yang punya halaman luas. Halaman depan, samping dan belakang.

Kayaknya semua pohon ada deh. Di halaman depan ada pohon kelapa 3 buah, ada jambu bol, jambu air coklat, Jambu air merah,jambu air hijau, jambu biji, pohon matoa, rambutan, pohon salam, pohon nangka, pohon cery, Jeruk nipis dll

Di halaman belakang ada pohon mangga dan alpukat, itu baru pohon buah. Belom lagi segala bunga bungaan. Mawar aja kayaknya warna warni, trus saking banyaknya lidah buaya. Tiap hari keramas pakai lidah buaya asli pun tidak masalah.

Adalah tanteku yang bernama Nini beliau sangat menyukai tanaman. Bahkan kalau beliau pergi dinas kerja. Selain oleh oleh makanan. Beliau pasti juga membawa bibit pohon.

Tanteku satu lagi yang bernama ista juga kerap rajin merawat bunga bungaan tersebut. Jadi kolaborasi dua orang ini menciptakan kebun yang hidup dan penuh pemandangan cantik berisi pepohonan dan bunga bungaan.

Selain memang hobi, juga ditunjang pula dengan halaman yang luas. Yang sepertinya sulit didapatkan dimasa sekarang.

Bahkan ada ungkapan bahwa rumah orang tua setengah luas rumah nenek, dan rumah cucu seperempat luas rumah nenek. Memang benar sih. Rumahku sekarang cuma seluas ruang tamu di rumah nenekku. Bahkan sepertinya lebih kecil. Xixixi

So kalau aku juga mau berkebun dengan mengandalkan media tanah sepertinya sulit. Pohon jambu air di depan halamanku saja sudah menghabiskan ½ halaman rumahku.

Talkshow DemFarm Peringatan Hari Menanam Pohon

Demfarm id

Nah pas banget, dapat ide menanam tanpa media tanam tanah Setelah menonton live IG nya Demfarm.id beberapa hari lalu.

FYI Demfarm.Id merupakan sebuah website yang berisi informasi terkini tentang pertanian Indonesia, tips bercocok tanam hingga kisah sukses para petani Indonesia.

Salah satunya kemarin di ulas bersama di talkshow dalam rangka peringatan hari menanam pohon sedunia. Menghadirkan founder @ibukita.kebun yakni Angga Diandry.

Talkshow yang santai namun seru nan informatif bertema “inspirasi petani milenial : dari rumah untuk Indonesia lebih hijau” dan bertujuan untuk mengajak generasi muda untuk tidak malu menjadi petani milenial di rumah dan mampu menjaga lingkungan sekitar.

Wah pas disini aku tuh sempet berasa disentil. Sebagai sarjana lulusan teknologi pertanian. Tapi kerjanya bukan di bidang pertanian tuh rasanya gimana gitu ya 🤣. Wah coba kalau background kuliah aku pergunakan dengan sesuai dan totalitas. Mungkin sekarang aku juga bisa jadi petani milenial yang sukses seperti kak Angga Diandry.

Eits tapi kak Angga juga ternyata basic pendidikannya bukan pertanian loh. Beliau mengawali profesinya sekarang sebagai petani urban berawal dari mimpinya memiliki kebun hidroponic di rumahnya.

Petani Millenial Dewa Sawi Pokcoy

Dewa Sawi pokcoy

Angga mengaku memulai mencoba menanam sayuran secara hidroponic sejak tahun 2018 dengan belajar secara otodidak dari menonton youtube. Namun sempat gagal dan angga kembali menyibukan dirinya dengan pekerjaannya yang lama sebagai stand up comedy maupun proyek bersama Panji Pragiwaksono.

Saat pandemic datang, membuat pekerjaan Angga pun menjadi online. Dan membuat angga sempat bingung mau ngapain.

Hingga suatu ketika tantenya menginfokan bahwa mereka ada rooftop yang tidak dimanfaatkan”

Sejak itu Angga mencoba hidroponic sayuran, mulai dari 100 lubang terlebih dahulu, dan dikasih izin buat full in rooftop sampai pipa pipa pun dipasang di dinding dinding.

Walau selalu ada suka dan duka. Tidak ada yang selalu mulus, perjuangan Angga mulai menuai hasil. Bahkan sekarang dia dipanggil sebagai dewa sawi.

Salah satu penghalang terbesar adalah dari diri sendiri ujar Angga saat talkshow. Yaitu Rasa malas dan disiplin dalam memeriksa tanaman.

Angga juga sering bereksperimen menentukan sendiri berapa nutrisi yang harus digunakan untuk tanamannya. Kadang kadang eksperimennya malah hasilnya kurang memuaskan, padahal ia sudah menemukan formula yang tepat sebelumnya.

Angga sendiri mengaku terinspirasi menjadi petani urban dari eyang dan ibunya.

Menurut Angga, di waktu kecil ia suka menemani eyangnya memetik hasil kebun. “Kalau eyang saya dulu punya lahan luas, nanem mangga, duren, cabai, apapun ditanam. Dan saya dulu suka nemenin eyang petik cabe. Jadi dari kecil sudah punya pengalaman dengan kebun. Kalau ibu, suka nyuruh siram taneman tiap pagi sebelum ke sekolah, terus diajak ngobrol,”

“rasa tanaman yang ditanam sendiri itu manis dan enak, cobain deh” ujarnya kembali.

Angga sendiri menanam sayuran hidroponik ini di luas lahan sekitar 80-90 m³ saja, setiap Minggu ia menghasilkan sekitar 22 kg dari salah satu sayuran yang ditanam. Dan harga sayurannya sekitar 40 RB per setengah kg.

Wah kalau lihat omsetnya lumayan banget ya teman teman. Petani urban yang mengelola bisnisnya dengan baik ternyata dapat menghasilkan nominal yang cukup menarik.

Sayangnya pamor seorang petani tuh secara sosial kurang menarik di mata generasi muda sekarang. Angga Diandry menyebutkan menjadi petani memang belum menjadi cita-cita banyak anak muda. Kurangnya minat generasi muda

menurutnya disebabkan beberapa faktor, di antaranya akses permodalan masih sulit, ketersediaan pupuk, sarana produksi pertanian, hingga kepastian offtaker untuk harga panen.

Iyes satu lagi harus pandai mencari pangsa pasar juga. Terlebih untuk sayuran yang ditanam dengan cara non konvensional. Mengingat biaya operasional pasti lebih tinggi daripada menanam dengan model konvensional.

Dalam menyambut hari menanam pohon sedunia, Angga sekaligus berpesan kepada semua orang. Berbuat baik untuk lingkungan tidak selalu harus dimulai dengan kegiatan besar. Berkebun di rumah menjadi salah satu upaya membuat Indonesia lebih hijau.

“Kita tidak bisa menyalahkan siapa pun terkait masalah lingkungan. Jadi lebih baik mulai dari diri sendiri dulu. Saya sendiri, meskipun di lahan terbatas, sudah merasakan kalau bertani itu mudah, seru, dan banyak manfaatnya,” kata Angga.

Menarik sekali ya gaes. Aku pun pingin memulai menanam walau mungkin masih secara konvensional. Yang penting seperti pesan Angga Diandry.

“Yang terpenting, jalanin apa yang lo suka. Bikin dari hal kecil dulu, yang penting memulai. Seiring berjalan akan dateng bisikan dari tanaman,”

So kapan nih mulai menanam pohon juga?

3 Comments

  1. Angga juga artis kah, kak Fika?
    Rasanya senang ya.. Passionnya selama ini bisa terwujud. Dengan belajar menanam sayur dan buah hidroponik, selain bahagia berinteraksi dengan nature, juga merasakan manfaat dari panen sayuran alami, tanpa pestisida.

Leave a Reply to Nurul Rahma Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *